Sabtu, 27 Juli 2024

 

Edisi 9

 


Fenomena Cinta

 

Kasihku jika

Terajal di hatimu

Bukanlah takdir

 

Perjalanan hidup dan kehidupan sebuah cinta

Terkadang terjadi fenomena yang dramatis

Peristiwa yang tak terduga pada endingnya

 

Cinta terkubur

Bukan suatu takdir

Semata sudah

 

Di kala pagi mentari yang bercahya indah

Di ranting ranting pohon kehidupan

Burung burung berkicau alangkah merdunya

Nyanyian tentang hakikat cinta

 

Aku berada

Dalam ada tiada

Ruang yang hening

 

Bengkulu, 2015

 

 

 

 

151.

 

( Senryu Memo Untuk Presiden )

 

1.

Amanat rakyat

Sangat mudah terlupa

Nafsu ambisi

 

2.

Janji dan sumpah

Lunas dilaksanakan

Kau lah pemimpin

 

3.

Jiwa membangun

Demi rakyat dan negri

Pemimpin kamil

 

Lubuklinggau, 2015

 

 

 

 

152.

 

Bumi Sebiduk Semare

 

Persis seperti dalam perjalanan usia

Hingga sampai di hari senja ini

Eksplorasi dari setiap  perjalanan

Tak lepas dalam catatan kehidupan

 

Jejak langkah di mana panggilan jiwa yang membuncah

Untuk memberi makna dalam hidup dan kehidupan ini

Begitu bening matamu dalam lambaian tangan

Sebuah bumi nan jauh di mata

 

Menuju impian jalan berkelok mendaki dan menurun

Nikmat dan menyenangkan seperti gairah dalam bercinta

Kemesraan pebukitan kemesraan tebing kemesraan hutan dan lembah

Derai rambutmu menyentuh dadaku setiap hembusan nafas angin

 

Tak mampu berkata banyak sebab tak habis dikata semalam dua

Sebab tirai Air Terjun Temam membungkus jiwaku dengan keasriannya

Dan terjun ke Watervang serupa ikan gurami bercanda dengan bebatuan

Kau peluk aku dengan mesra manakala di bawah pepohonan nan rindang

 

Hari ini aku belajar menyelami arti wong kito linggau

Bumi sebiduk semare Lubuklinggau di lubuk hatiku yang terdalam

Memandang bukit Sulap memandang rona wajahmu

Seperti tak ingin beranjak pulang, sayang

 

Lubuklinggau,2015

 

 

 

 

153.

 

 

Kamar 315

 

Entah ke mana tubuh akan dibaringkan

Kamar  beraroma malam metropolitan

Jiwa kehilangan nafas di sekujur tubuh

 

Meleleh di ubin lantai

Ribuan rupa duniawi dari langit langit kamar

Di cahya lampu yang merah temaram

 

Tubuhku di tubuhmu mencari nafas

Jiwa yang tersesat di pembaringan

Pintu kamar yang tak berkunci

 

Aroma malam metropolitan masih di kamar

Kubetulkan jarum jam tepat di jantungmu

Agar zikir berdetak sepanjang malam di tubuhku

 

Jakarta, 2015

 

 

 

 

154.

 

Kamar 03

 

Karena lama tak berjumpa pelukan dan ciuman kasih sayang

Riwayat masa silam yang lahir dari lereng gunung Batu Benawa

Air susu yang mengalir dari tubuh pepohonan para dan sawah

yang luas membentang menjadikan darah di tubuh kita

 

Buncahan rindu menyusur sepanjang jalan

Dan suasana yang sejuk dari denyutan jantung kota

Membangkitkan kenang lemak manis kehidupan masa kanak

Masih terdengar dalam ingatan teriakan kecil mengejar buah mahoni

yang pecah berderai jatuh melayang serupa baling baling kecil ditiup angin

 

Harum mewangi anggrek merpati yang bergayut di setiap pohon

Adalah hembus nafasmu di setiap kita menapak jalan naiknya fajar pagi

Dan dedaunan yang menjuntai embun kemilau jambon cahayanya

Di tanah rantau rindu manakah yang tak membuncah di kaca jendela ?

 

Di antara rumah perkantoran dan pertokoan yang megah pertamanan yang indah

dan tugu yang menjulang rindu itu  mencari sungai kala lampau teman bermain tempat membasuh tangis. Entah kemana

Dan tidak ada tempat untuk bertanya. Mata mengaca

 

Kasihku

Aku masih ingat begitu elok didengar orang berkata :

Ini lah Bandung Borneo

Kau tersenyum manis semanis apam yang terbungkus rapi dalam kemasan

 

Barabai, 2015

 

 

 

 

155.

 

Sungai Tapin : Kurindukan Riwayatmu

 

Sungai Tapin sungai serupa laut airnya jernih dan bening

Air yang lemak manis sumber kehidupan anak negri

Sungai yang mengaliri sawah yang setiap tahunnya memberikan

limpahan kindai limpuar

 

Dari gigir sungai menatap arus yang mengalir

Terdengar sesayup tembang mengisahkan sebuah riwayat sungai :

 

Riwayat Si Balahindang Sungai Tapin di Rantau

Asalnya urang bahuma subuh turun ka batang

Niat handak mancari iwak gasan makan hari ini

Iwak kada didapati nasibnya malang

 

Di dalam riwayatnya hanyalah sebiji telur yang besar didapat

Tatkala telur itu menetas lahirlah seekor naga putih

Sungai menjadi meluap maka berenanglah naga itu ke laut

Nampak di langit membentang spektrum yang kemilau

Naga putih sedang berlaga dengan naga habang

 

Dari gigir sungai menatap arus yang mengalir

Airnya yang kini keruh dan dangkal

Anak negri yang  tak pernah lagi tahu tentang riwayat ini

Dan tak pernah peduli keasrian dan kelestarian sungai

Karena diseret berputarnya roda zaman

 

Dari gigir sungai menatap arus yang mengalir :

Tapin aku merindukan riwayatmu

 

Rantau, 2015

 

 

 

156.

 

( Kepada sahabatku “ Yanty Tjiam “

Telah pergi abadi )

 

1.

Langit kelabu

Mataku berlinangan

Jatuh gerimis

 

2.

Burung yang terbang

Keluar dari sangkar

Pergi abadi

 

3.

Tirai gerimis

Rabun kaca jendela

Tulis namamu

 

4.

Di altar malam

Bintang bintang berkelip

Semua ikhlas

 

5.

Kupetik gitar

Di tangga gregorians

Dupa requiem

 

6.

Bunga kemboja

Irisan dari hati

Tanah pusara

 

7.

Tidurlah tenang

Nyanyian doa kudus

Bangun di surga

 

( Temanmu : Arsyad Indradi

Banjarbaru Kalsel Indonesia.2015 )

 

( To my best friend "Yanty Tjiam"

Has gone forever )

 

1.

Gray sky.

My eyes with tears.

falling drizzle

 

2.

Flying bird.

Out of the cage.

go immortal

 

3.

Curtain drizzle.

Blurred glass window.

Write your name

 

4.

The altar nights

Stars twinkling.

All sincere.

 

5.

I picked the guitar.

The stairs Gregorians.

incense requiem

 

6.

Potpourri.

Slices of the heart.

ground tomb

 

7.

Go to sleep quietly.

Chanting sacred.

Waking up in paradise

 

( Your friend: Arsyad Indradi

Banjarbaru Kalsel Indonesia.2015. )

 

 

157.

 

Membasuh Hati Memfitrah Kalbu

 

Belajar pada perahu tumpeng di alun ombak laut

Yang melayarkan kata bersyukur tanda terima kasih

Sedekah kepada laut sumber yang melimpahkan rejeki

Maha kasih sayang Allah kepada hambanya

 

Siapa pun tiada  yang mampu mendustakan

Kenikmatan dan rahmat itu yang tak berhingga

Jika orang yang melakukan korupsi itu beriman

Tentu akan menyadari betapa besar nilai sedekah

 

Di makam Sunan Kalijaga tafakur masuk ke dasar jiwa

Sudahkah bersedekah sebagai fitrah diri

Kehidupan dunia adalah fana berdebu serakah nafsu

Sudahkah membasuh hati  sebagai fitri kalbu

 

Belajar pada perahu tumpeng sedekah laut

Laut adalah kehidupan jiwa yang mengombak

Ombak adalah  tarikan nafas alunan hidup

Wallohul Muwafiq ila aqwamith Thariq

 

 Demak, 2015

 

 

158.

 

Kandangan Kotaku Manis

 

Menanjak rakit bambu membawa rejeki

Sungai Amandit dalam jernih airnya

Tempat melabuhkan jantung kehidupan

Dari hulu menghilir sambil berdendang :

 

Bukit meratus tanah pusaka

Tanaman subur si kayu manis

Tempat kelahiran tak kan terlupa

Kota Kandangan kotaku manis

 

Sebuah kota melahirkan para pejuang

Dalas bakalang tanah manyarah kada

Amuk Hantarukung mencatat sejarahnya

Teringat sepanjang masa

 

Berjalan menuju Loksado

Sebuah dusun yang asri dan lestari

Dayak yang ramah hidup yang damai

Tentram menjaga adat pusaka budaya

 

Loksado berwajah panorama

Sketsa hutan, bukit, lembah dan sungai

Dodol dan ketupat Kandangan jadi impian

Kota Kandangan kota kenangan

 

Kandangan, 2015

 

 

 

159.

 

Gunung Matah : Tetirah Jejak Langkah

 

Adalah gunung berangin dan berawan

memandang lurus tampak di bawahnya

bentangan laut mendebur pantai

dan lembah bergaris sungai

 

Di puncak

Langit yang senantiasa berubah warna

Dan pepohonan tebing bebatuan

dan hunian burungburung

Tak lagi mengenal musim

 

Kutemukan sebuah ruang sepi dan sunyi

Tempat merebahkan diri

Mengenang masa lampau

dan menafsir masa akan datang

 

Tempat membaringkan impian

Menyirami kekasih yang tumbuh di hati

Siraman kasih sayang agar tetap mekar dikala layu

Bercumbu dengan kata-kata yang paling sederhana

yang paling ia pahami

 

Demikianlah sebuah ruang itu

gunung Matah adalah jiwaku

tetirah jejak langkahku

 

Pelaihari, 2015

 

 

 

160.

 

Tongkat Putih : Mata Hati

 

Tak pernah tahu

apakah malam apakah siang

Hanya yang tahu gelap

Tapi bagi yang lain

gelap tiada cahaya yang terang

 

Gelap itu terang

Gelap bilamana tidur

Terang bilamana terjaga

 

Di tugu api

Tugu puncaknya mengeluarkan api

tak pernah padam di siang di malam

Kami menghilangkan letih beban dunia

Di kaki tugu

 

Selesai percakapan hidup dan kehidupan

cinta dan rindu

membunuh dendam

membunuh sekalian yang menjadikan duka

Tongkat putihnya menyusur jalan sampai tak tampak lagi

Di mata batinku masih jelas terlihat serupa tugu api berjalan

Membaca tentang dunia ini fana

 

Tabalong, 2015

 

 

 

 

161

 

Kuriding : Berlinang Air Mata

 

Dendang musik kuriding

Di hulu banyu seluang mudik

Di atas jukung di arus sungai

Dari Bakumpai merasuk sukma

 

Jangan di patah jangan dibuang, sayang

Kuriding sasangkutan hati merindu

Merindu badan kekasih di rantau

Di rantau sayang berlinang si air mata

 

Mengayuh jukung mengayuh hati

Risau dedaun bakau risau pepohon rambai

Menyusur pesisir di mana rumah lanting

Tempat meraut bilah kuriding

 

Banyak orang berkata asli orang banua

Tidaklah kata cuma terendam di lidah

Batang terendam di kedalaman dirinya

 

Di mana angin semilir dari Bakumpai

Jukung berkayuh  menyisir arus sungai

Semata dendang pengayuh berkayuh

Berkayuh :

Empat si empat lima kuriding patah

Halinai terpendam di tanah pusaka

Apa dikata zaman berganti sudah

Kur sumangat bilahnya kuambil jua

 

Handil Bakti, 2015

 

 

 

162.

 

Basambang Di Dalam Surau

 

Tak ada rasa lapar dan haus

Tak ada nafsu duniawi di jiwa

Kecuali nikmat puasa yang rahmat

Bagi sekalian orang yang beriman

 

Di dalam surau basambang dengan khidmat

Ayatayat al quran yang dilantunkan

Menunggu sampai beduk berbunyi

Waktu untuk berbuka puasa

 

Di antara empat puluh satu macam kue

Kue pendatang baru bernama ipau

Telah dikerat mengisi piring berbaris

Dan ada yang mengatakan berasal dari Arab

 

Bersambang ditemani ipau tubuh berlapis

Tujuh lapis daging, sayur dan bumbu

Tujuh lapis rasa menghias kuliner Banjar

Bersambang nikmat menunggu beduk berbunyi

 

Kata syukur rejeki yang dilimpahkan Allah

Kepada hambanya yang dikasih sayangi

Tak ada kata dusta yang mendustakan

Segala nikmatnya yang dianugrakan

Wallohul Muwafiq ila aqwamith Thariq

 

 Banjarbaru,2015

 

Basambang (bhs Banjar) = Ngabuburit ( bhs Sunda) :

Menunggu waktu untuk berbuka puasa.

 

 

 

163.

 

Jalan Kembali Membentang
: Milad Dimas Arika Mihardja

 

Kebajikan yang ditanam di jejak langkah

Buahnya lebat manis siapan pun boleh memetiknya

Untuk kebaikan kemanusiaaan

Karena dipetik sebiji buah berlipat ganda

 

Tak pernah letih semangat merkah senyuman

Keikhlasan dan santun duduk di bawah walau ada di atas

Kerendahhatian  yang menjadikan birunya langit

Spektrum warna menjadikan busur pelangi

 

Aku memandang pelangi di langitlangit ruang hati

Dua raut wajah cahaya mata bersulang

Cinta dan rindu bersenyawa berenang di kolam jiwa

Lalu menyelam sampai jauh ke dasarnya

 

Tak pernah menghitung berapa sudah jumlah buah

Tapi kau tak pernah lupa menghitung detak jam

Detak jantung denyut nadi setiap kaki melangkah

Karena di ufuk warna lembayung semakin merah

 

Di tengah sungai Batanghari ketek mengapung

Berkasihkasihan dengan sang maha ke muara cinta

Aku melambai dari sebrang suka cita muncrat dari dada

Pintu gerbang kembali membuka kau melangkah

Jalan kembali membentang

 

Banjarbaru, 2015

 

 

164.

 

Wadai Ipau : Mekar Seraut Wajah

 

Masa kanak sudah akrab

Belajar mengaji dan sembahyang

Bersama ke surau bertarawih

Menapak jalan bersuluh obor

 

Di beranda rumah bubungan tinggi

Teman bermain cuk cuk bimbi

Di bawah rumah main ayunan

Sambil berlagu dendang

 

Burung punai tarabang tinggi

Bahinggapnya di puhun raman

Amun baayun talalu tinggi

Awak taambung marasa rawan

( Yun yun napan yun nana )

 

Nama lengkapnya Syarifah Fauziah Zen

Seharihari di panggil Ipau

Berbustan dan berlesung pipit

Alis lentik semut beriring

 

Waktu basambang di dalam masjid

Bertadarus al quran memang tradisi

Di dalam masyarakat Banjar

Menuggu waktu berbuka puasa

 

Berbuka puasa 41 macam wadai terhidang

Ketika mengharum salah satu wadai

Membuka lipatan masa lampau

Wadai Ipau mekar seraut wajah

 

Buka puasa

Syarifah Fauziah zen

Entah di mana

 

Banjarbaru, 2015

 

***

Berbustan : Karunia wajah bercahaya, suka berwudhu

Wadai : Kue. Basambang : Menunggu waktu berbuka puasa

Cuk cuk bimbi : Permainan anak-anak

 

 

165.

 

Kamar Altar

 

Adalah  

Kalender robek

Surya s’makin tenggelam

Jalan bergegas

 

Maka jejak yang tertinggal

Tak lagi terhitung entah berapa jejak

Pada jalan usia yang s’makin umur

 

Semakin umur

Langit langit kamar

Serupa bintang bertabur

Riuh kepak lelawa

 

Riuh

Lelawa mengejar butiran bintang

Yang jatuh dari gugus wajahmu

Jatuh ke dalam ruang yang hampa

 

Ruang yang telah hampa

Jiwa yang mengosongkan beban dunia

Beban segala duka lara

 

Demikianlah riwayat kamar ini

Altar membasuh sekalian mimpi

Dan ribuan rupa yang tak dikenal lagi

 

Banjarbaru, 2015

 

 

166.

 

Kamar Tifa Nusantara

 

Jendela kamar membuka hati saling bertaut

Dan langit menyalakan rembulan dan menyulut bintang bintang

Cahya memancar kesetiap ruang jiwa  menyimpul tali percintaan

Yang datang dari segenap negri kasih sayang

 

Kasih dan sayang

Cahya bulan dan bintang

Jiwa yang terang

 

Malam jadi setanggi

Tifa menggitakan ratusan sajak ratusan jiwa mengombak

Menggitakan kapal kapal berlabuh dalam semilir birunya langit

Dan bertambat pada dermaga kehidupan yang dibangun bersama

 

Hati bersatu

Malam nian setanggi

Dermaga cinta

 

Malam ini malam penuh riwayat

Sebab bersatu hati tidak ada lagi perbedaan yang dipersengketakan

Tidak ada lagi pemberhalaan dihiruk pikuknya roda zaman

Perdamaian mesti disuburkan di tanah negri tercinta

 

Penuh riwayat

Tahun senandung tifa

Di Nusantara

 

Harum bunga nusantara dalam kobaran api unggun senandung tifa

Sajak membubus dalam hembusan semangat jiwa

Pada jendela kamar yang senantiasa terbuka

Bagi siapa saja yang menggenggam cinta

 

( coda  :

 

Cinta berbunga

Aroma jagung bakar

Di api unggun )

 

Tangerang, 2015

 

 

167.

 

Jendela Kamar Bambu

 

Mawar merekah

Teringat bunga desa

Pagi di Jember

 

Wirama dari pepohonan yang mengitari rumah rumah bambu

Menjadikan wirasa lain di pagi yang berkemilau embun

Aku serupa burung kenari yang menari nari dari ranting ke ranting

Aroma mawar yang bergayut di sayap angin

Napas pun menjadi harum

 

Pagi mengintip

Gadis mencuci mimpi

Sungai perawan

 

Dari sekian dusun di pelosok pelosok tanah negri

Demikian pula di sini sebuah dusun yang tentram dan damai

Ketika ayam jantan berkokok di dini hari dan kumandang azan

Ucapan syukur pada Illahi Rabbi limpahan rahmat dan nikmat

Jauh dari kebisingan dan polusi udara kota

 

Dusun yang tentram dan damai

Rumah bambu berhalaman rerumpun mawar

Jambun cahaya pagi

Dari jendela :

 

Mengintip ulat

Berubah kupu kupu

Dari kepompong

 

Narasi ini kala pagi pada sebuah taman

Cahaya mentari jambun

Ada sepoi angin yang mungil melayang layang :

 

Di ranting pagi

Kupu kupu dan mawar

Berayun ayun

 

Jember, 2015

 

168.

 

( Dalam Kamar 3 X 3 : Kutulis Haiku )

 

1.

Angin kembara

Rintih pucuk cemara

Wahana senja

 

2.

Kukejar ya Rabb

Sampai ke batas hening

Rindu bercinta

 

3.

Di bawah bulan

Bayangan itu pergi

Ini terakhir

 

4.

Sajadah hening

Doa setitik cahya

Seribu bulan

 

5.

Angin membelai

Bulan di ujung ranting

Rindu berayun

 

# Surabaya, 2015 #

 

 

 

169.

 

BEDIL

 

( Pucuk daun sirih tangkup batangkup urat

Manyampuk di padang mandura si mandurasih

Di muhara lawang wayah sanja babatis tunggal

Manawak tanah malai tawak

Tawak ka matahari pajah )

 

Dentuman dahsyat

Maka terbanglah merah putih ke puncak tiangnya

Melukis langit sejarah masa silam

Dimana  pahlawan meletuskan bedilnya

meletuskan semangat juangnya

mengikis imprialis kolonialis

Tanah merah darah mengalir sungai airmata

 

Alunalun sekarang tak seperti alunalun dulu lagi

Begitu dentuman memercik api

Orangorang dihalau bagai kerbau masuk kandangnya

Orangorang seperti tidak pernah memiliki negri

 

Dentuman itu menggema lagi. Cakrawala kelabu dan pecah

Hujan pun turun. Deras bongkahan airmata langit

Dan orangorang pada lari dan alunalun pada sepi

Tribun juga pada sepi kursikursi jadi sepi

 

Masih tegar gebyar merah putih

Gebyar gebyar dentuman demi dentuman

Di tengah alun alun adalah seseorang yang tak pernah dikenal lagi

Masih hidmat menghormat merah putih

Dalam guyuran hujan sepuluh Nopember

 

Di negri ini perjuangan masih panjang mengisi kemerdekaan

Orang orang dengan semangat dan dedikasi kuat terus meningkatkan kecintaan

Di antara itu orang orang berjubel mengaku pahlawan

Dan para koruptor terus mencuri kesempatan

 

 

( Dundang dundang si dundanglah sayang

Kamana jua bauntungai lakun lanya lalakun  badanku

Langit nang barakun bauntungai langit nang barakun

Kadap rasanya kadap bauntungai panjanak )

 

Dentuman terus juga menggema

Di tengah guyuran sepuluh November

Seseorang yang tak pernah lagi dikenal

Hidmat mengalun doa di pintu pusara

Pahlawan pahlawan yang gugur

Masih memeluk bedilnya

 

Banjarbaru, 2015

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  Antologi Puisi Arsyad Indradi KAMAR Desain Cover : Alvin Shul Vatrick   Penerbit : Kelompok Studi Sastra Banjarbaru Kalimantan S...