Sabtu, 27 Juli 2024

 

Edisi 3

 

 

Kamar Membakar

 

Aroma kamar membuncah dendam rindu

Menyulut secangkir anggur birahi dendam

Dalam kesucian malamnya malam

 

Bibir cangkir meletupletup bunga api

Sebab manisnya anggur jiwa dahaga

Anggur tasbih musafir gila

 

Tuhan

Akan kusempurnakan hangusku

Sebab aku tidak akan bercinta dengan yang lain

Hanya kepadamu seluruh jiwaragaku

 

Bbaru, 2013

 

 

 

 

51)

 

Kamar Tidur

 

Aku pernah berjumpa dengan Dewi Aprodite

Ketika namaku Prommetius

Isteriku menatapku tak percaya

Aku pernah berjumpa dengan Dewi Ratih

Ketika namaku Kamajaya

Isteriku menatapku tak percaya

Aku pernah berjumpa dengan Yuliate

Ketika namaku Romeo

Isteriku menatapku tak percaya

Dan banyak lagi wanita cantik yang kusebut

Dan isteriku selalu tak percaya

 

Aku tidak bohong

Mari kita ke kamar tidur

Isteriku sepertinya masih menatapku tak percaya

 

Paginya isteriku berkata dengan manja :

Dasar penyair gila

 

Bbaru, 2013

 

 

 

52)

 

Kamar Pelangi

 

Entah apa isteriku sering menyendiri di ujung lanting

Menatap ilungilung larut di banyu

Atau kah ada sesuatu yang mengusik hatinya

 

Aku berkata pada isteriku :

Kemarin aku bersama Paramita Rosadi

Kemarinnya lagi aku bersama Desy Ratnasari

Dan kemarinnya lagi aku bersama Luna Maya

Isteriku memainkan ujung bajunya dan lebih dalam lagi tunduknya

Manakala serupa gumam kusebut sebuah nama : Sui Lan

 

Malam tadi tidak seperti biasanya

Kamar tidur kuberi warna pelangi

Entah apa kutatap isteriku

Di bola matanya ada mekar setangkai bunga

 

Birayang, 2013

 

Catatan : lanting = rakit tempat orang-orang mandi dan mencuci pakaian terbuat dari   

                                kayu atau bambu, terdapat di tanah Banjar

                    ilung = eceng gondok

                  banyu = ( air )  sungai

 

 

53)

 

 

Kamar Kembang Tigarun

 

Entah mimpi apa kau minta kembang tigarun

Entah kemana aku mencarikan kembang spesifik itu

Orangorang tanah Banjar sudah tidak mengenal lagi

Kecuali perempuan amat tua di dusun yang jauh dari keramaian kota

Itu pun cuma mungkin

 

Aku ingin lalapan  kembang tigarun

Ingin seperti nenek buyut awet muda harum dan cantik alami

Cantik tidak karena kosmetik dan farfum

Nenek berkata : Kembang ini tumbuh tidak sembarang tempat tumbuh di tempat yang nyaman jauh dari polusi dan  pencemaran

 

Akan kemanakah kucari kembang tigarun

Kebun ladang sudah menjadi rumahrumah toko plaza dan gedung

Hutan sudah gundul gunung menjadi danau daki batubara

Tak kudapat pada orangorang yang berkata  : aku asli urang banua

Tak kudapat pada orangorang ramai menjadi pemangku adat

 

Masih kuingat kau minta kembang tigarun padaku

Kupetikan beberapa kuntum dari taman pusaka

Yang kulukis pada dinding kamar sewaktu kau masih dalam tidur

 

Banjarbaru, 2013

 

 

 

 

54)

 

Kamar Tunggu

 

Entah berapa puntung rokok sudah

Menantikan kau membawaku melintas laut

Dan sebatang lagi saat kau di awanawan

Memantulkan bayangbayang di atas Spinggan

 

Aku tak pernah mengenalmu sebelumnya

Tetapi di dalam tidurku kita di tepi selat Palu

Satu tubuh basah oleh deburan ombak

 

Setelah itu kita tak pernah lagi bertemu

Dan tak letihletih kucari dalam ranjang rindu

 

Balikpapan, 2013

 

 

 

55)

 

Kamar Altar

 

Kamar ini kujadikan altar

Begitu rindunya rindu

Menembus kaca jendela

 

Biarkan aku jadi ombak selat Palu

Debur mendebur di pantaipantai

Menguntai semenanjung zikir

 

Selat Palu semakin membuncah

Membasuh ubin altar merajah kiblatmu

Meriwayatkan arung sebuah cinta

 

Palu, 2013

 

 

 

56)

 

Kamar Dendam

 

Seperti benar sepasang pengantin

Pada malam pertama

Kita sudah berdua dalam kamar

Dalam debur Selat Palu airnya pasang

 

Aku tidak ingin bermimpi yang sudah sudah

Selain kesumat dendamnya rindu

Melunasinya dengan beranak pinak

Pada rahim kasih sayang

 

Apa pun sesudahnya

Keyakinan lebih dari segalanya

Aku lebur dalam puisi

Dalam bersigenap hakikatnya cinta

 

Tuhan terima kasih

Sungguh seperti benar sepasang pengantin

Pada malam pertama itu

Kau jadikan aku berdua

 

 

Palu, 2013

 

 

 

 

 

 

57)

 

Kamar Pintu 5

 

Menunggu adalah pekerjaan yang merisaukan

Tetapi setelah kau beri aku beberapa bungkus kewaci

Aku dapat menangkap isyarat capung melayang

di ujung gerimis yang melahirkan pelangi

 

Berkemaslah musafir rindu

Jangan satu pun cintakasihku tertinggal

Sebelum pelangi meluruhkan warna

Demikian suaramu dalam aku terjaga

 

Makassar, 2013

 

 

 

58)

 

Kamar 99

 

Karena banyaknya fenomena tragis

sehingga sudah menjadi hal biasa

Hatinurani sudah letih dan hampa

di mimbarmimbar di forumforum

dialog, seminar, diskusi, simposium

atau pun demonstrasi

Pemimpin negeri ini

memang tidak butuh hatinurani rakyatnya

 

Di dinding kamar ada lukisan

Sebuah negeri tenggelam dilanda banjir

Badai yang maha dahsyat

Kapalkapal pesiar pemimpin negeri ini

penuh muatan harta kekayaannya

keluarganya dan kroninya

Kapalkapal itu pecah dan tenggelam ke dasar laut

 

Kurenung sembilanpuluhsembilan namamu

Maha benar firmanfirmanmu

 

Surabaya, 2013

 

 

 

59)

 

Bulan Merah Di Jendela Kamar

 

Bulan merah di jendela Kamar

Bergegas kubangunkan tidur

Tubuh terbaring mimpi berdarah

 

Langkahku langkah lukamukah

Darahnya duka setiap langkah

Di ubin lantai basah memerah

 

Bulan merah di jendela kamar

Berbayang kau pada samar bayang

Tak sudi pasrah dinasib merajah

 

Beribu langkah melangkah

Hidup mesti membangun kehidupan

mengajalkan sekalian dukaduka

bulan merah merahnya darah

 

Malang, 2013

 

 

60)

 

Kamar Putri

 

Tidakkah kau mengantuk hari semakin malam

Tidak katamu harus sempurna lukisan ini

Serupa pejalan jauh menelusuri jalan

Mata menembus kaca jendela di luar kerlip kunangkunang

Terbang ribuan imaji pada jemari memadu warna

 

Seperti gumam : kata abah bila lolos menafsir persimpangan jalan

di situ ada warnawarna lahir dari spektrum pelangi

Matamu pun jadi berkacakaca

Kulihat putri bidaadari kecilku menari dalam lukisan

Terpajang pada dinding kamar kasihsayang

 

Tulungagung, 2013

 

Catatan : Gadis kecilku, Putri Dikha Sahirah belajar melukis.

 

 

61)

 

Berpacu Dengan Puisi

: Suyitno Ethexs,Ardi Susanti

 

Bus yang kita tumpangi menuju Semarang

Berteriak : Jangan tinggalkan aku

Sebab puisi kita melesat serupa kilat

Menikung dengan cepat setiap tikungan

Rumahrumah gedunggedung tokotoko

bahkan gubukgubuk di kanankiri jalan

bertanyatanya siapa gerangan si perkasaelok itu

 

Puisi kita menari di jalan bertikung berlubang dan bebatuan

Tarian heroik yang akan dilontarkan

di panggung road show puisi menolak korupsi

Semarang : Indonesia berjuang

 

Tulungagung-Semarang, 2013

 

 

 

62)

 

Kamar Lawang Sewu

 

Adakah kau di sana

Dari lawang ke lawang kususur

Menyusur setiap sketsa peristiwa kehidupan

 

Pada sebuah lawang

Bertanya pada orang yang jatuh dari panel

Tergeletak di lantai ubin

Pelukis yang tak terawat itu

Mengisyaratkan di antara lawang yang tertutup

 

Hasratku yang besar

Kuhabiskan pada secangkir blewah selasih

Yang terjepit di antara coca cola fanta dan sprite

Saat matahari di ubunubun gedung megah

 

Di depan bangunan antik

Lokomotif purba itu membuka lawang sejarah

Penjajah bangsa sendiri  yang bikin aku muntah

 

Aku masih berdiri di kamar lawang sewu

Ketika kau bawa aku menyusuri tubuhmu

Sebuah kota harum dalam mimpiku

 

Semarang, 2013

 

 

63

 

Kamar Karamunting

 

Tidak dengan siapasiapa

Selain percaya pada diri sendiri

Sebab karena mimpi tak selesaiselesai

Terperangkap dalam artokumulus

 

Tak selamanya metamorfose

Berteori pada selembar daun

Saat pergi jauh pada diri sendiri

Mencari tempat hunian

 

Tak siapasiapa lagi

Selain kembali pada diri sendiri

Menyemai karamunting yang sudah punah

Pada kamar yang sekian lama kosong

 

Bajarbaru, 2013

 

 

 

 

 

 

64

 

Kamar Batu Piring

 

Kau bawa aku masuk ke dalam diri

Persemayaman yang kau bangun kembali

Dari reruntuhan riwayat masa silam

Meski hati risau tapi ini adalah pilihan

Dari kaca jendela kehirukpikukan zaman

Di mana tempat yang sudah berganti rupa

Dan orangorang sudah tidak lagi punya ingatan

Jangankan legenda sejarah pun tidak

 

Dalam kamar bunga setanggi kau bersyair
Di sanggam yang mengepul asap dupa

Tentang kelestarian kehidupan sebuah negeri

Balangan kaukah bermula kota Paringin

 

Aku lalu becermin pada jiwamu yang risau

Bukitbukit kehilangan tanahnya

Lembahlembah kehilangan guntungnya

Hutanhutan kehilangan rimbanya

Sungai di tubuhmu adakah lagi sungaimu

 

Aku belajar memahami kesumat jiwamu

Putri Batu Piring kubasuh dukaku pada bulan

Dikala kau lahirkan purnama itu

Aku bersukma seperti apa yang kau sukmakan

 

 

Paringin, 2013

 

 

65

 

Kamar Lembah Bukit

 

Dari jendela bukit batu piring saat pagi

Kuucap salam pada bukit yang runtuh

Kudengar hanyalah aduh

Kuucap salam pada lembah yang mati

Kudengar hanyalah nyeri

Kuucap salam pada hutan yang tumbang

Kudengar hanyalah erang

 

Mandi dan membasuh mimpi

Mencuci dan membasuh hati

Kucari sungai di tubuhmu

Hanyalah alir airmata

 

Berdiri sebuah kota berbudaya

Lebih baik dari kota yang dianggap surga

Salam burungburung di pohon rindu

Kepak dan kicaunya riuh di hatimu

 

Paringin, 2013

 

 

 

 

66

 

Kutilang Di Jendela Kamar                     

 

Hanyalah sebatas jendela tak sampai

Jagat semesta cuma di mata

Anganangan sayap kepak harap

 

Tak terbilang lipatan kertas sudah

Yang kuterbangkan jatuh ke lantai

Jatuh tubuhku memburai

 

Airmata dikedalaman cinta

Di cermin malam kubangun mimpi

Kubangunkan sekalian jiwa

 

Seekor kutilang kertas di jendela

Kudengar kicau dikemerahan surya

Dikedalaman cinta : Kaukah maha

 

Malang, 2013

 

 

 

67

 

 

Negeriku Indonesia

 

Yang maha pelukis adalah Allah

Yang maha penyair adalah Allah

Bersyukurlah kita dikaruniai nikmat

Dapat menyadur ciptaan Allah

 

Fathan bocah kecilku menatap waduk Wonorejo

Ia berkata : abah jika pelukis atau pun penyair bersombong

maka ia mendustakan dirinya sendiri

Tentu, sayang

 

Fathan bocah kecilku berkata lagi :

Abah negeri kita sangat indah subur dan kaya

Banyak panoramanya

Tentu, sayang

 

Bocah kecilku tibatiba bersedih

Tetapi ia bernama Fathan

Ia menyimpan airmatanya agar jangan jatuh

Negeri kita Indonesia ya abah

Tentu, sayang

 

Bocahku berkata lagi : kelak Fathan menjadi pemimpin

berjiwa Pancasila yang bukan bohongan

mengutamakan pendidikan, menegakkan hukun dengan baik

benci korupsi, kolusi, nipotisme, narkoba

dan kapitalis imprealis

Tentu, sayang

 

Fathan bocah kecilku berkata :

Negeriku Indonesia

Allah maha tahu doa kita ya abah

Tentu, sayang

 

Tulungagung, 2013

 

 

68

 

Kamar Di Lereng Jalan

 

Tak pernah lagi kudengar nyanyian itu

Di zaman globalisasi ini orangorang pada berlari seperti dikejar katakutan pada dirinya sendiri

Seperti tak ingin masih berada pada masa purba

Bahkan menistakannya

 

Sebuah sungai

Masih tertulis riwayatnya

Airnya terus mengalir tak pernah henti

Rerumpun bambu di tebingnya

Semilir angin dari lereng gunung lembut membelai

Bengawan Solo

 

Sebuah gubuk sunyi di tepi sungai

Penghuninya merenda notasi usia renta

Sesayup lagu Bengawan Solo mengantar senja

Aku teringat Gesang

 

Solo, 2013

 

 

 

 

69

 

Di kamar 221 : Sekuntum Mawar

 

Jika kau mawar

Mawarkan tidurku

Jika wangi

Harumkan mimpiku

Tapi jangan kau durikan mataku

yang mencari terang pada  bulan mencari terang pada bintang

pada raut kelopakmu yang mekar dimalammalamku

Tersebab aku lahir  dari rahimnya mawarmalam

 

Kamar yang mawar yang  meronce rindu di ubin lantai

meronce segala masa lampau lalu aku menulis riwayat mawar

menulis riwayat musafir mawar

di dinding kamar di pembaringan di gorden jendela

di kaca jendela

Mawar

 

Jika kau mawar seperti dalam riwayat  itu

Mawar

Jika kau mawar seperti dalam rinduku

Mawar

 

Tuhan mawarkan mawarku

Seperti mawar yang terlahir dari rahimmu

 

Yogya, 2013

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  Antologi Puisi Arsyad Indradi KAMAR Desain Cover : Alvin Shul Vatrick   Penerbit : Kelompok Studi Sastra Banjarbaru Kalimantan S...