Edisi 4
Saat Menunggu
Kereta Api
Di
stasionsunyi. Sepi gemuruh di hati
Semata
gelap. Senyap. Tak ada secelah pun tersisa
Tubuhtubuh
adalah rongsokkan relkeretaapi
Bergelantung
lawalawa. Memintal malam buta
Menyusur
dinding sunyi . Mata kehilangan kota
Katakata
cuma debu fatamurgana. Rumahkardus
Leleh
nafas orangorang berselimutmimpi
Penghuni
mencari negerinya. Entah kemana
Menunggu
puput perhentian waktu. Luput
Masih
juga gemuruh itu tak usaiusai. Renyai
Merenung
bayang ditelan malam. Kelam
Rumahgerbongsunyi
. sesungguhsungguhnya sunyi
Sekali
lagi menunggu puput itu berbunyi
Pada
secangkir kopi yang hitam mengental
Waktu
merayap dari bangku kebangku
Persis
seekor ular di ujung stasion waktu
Purworejo, 2013
71
Di Stasion Kutoarjo
Tidak menjadi bosan menunggu jam satu malam
Secangkir kopi di café Neng Iyem mata jadi melek
Melirik lionting yang tergantung di leherku
Aku suka Batu akik, katanya
Borneo kaya akan batu permata
Waktu terus juga berjalan, kulihat
Matanya mengaca : Seandainya aku di Borneo
Aku akan mendulang, katanya
Mendulang cinta, kataku. Dia tersenyum sipu
Sesayup puput Prameks di keheningan malam
Stasion Kereta Api Kutoarjo sontak terbangun
Ular yang melata mendesis di rel pintu keberangkatan
Sisiknya yang hijau membuka lebar
Dari kaca jendela
Neng Iyem serupa setangkai bunga
Aku membaca lambaian tangannya
Liontin akik tergantung di lehernya
Purworejo,2013
72
Payung Di Tirai Hujan
Di dalam tirai hujan
Berpayung menapak jalan
Bibir merah tumpuan harapan
Berhenti di halaman sebuah hotel
Kota berselimut sepi
Lampu jalanan kian buram
Kembali menapak sebuah jalan
Di bawah payung di dalam tirai hujan
Hanyalah sebuah payung
Mengantar jalan kehidupannya
Senyum dan tawa adalah pahit dan getir
Perempuan itu terus berjalan hilang ke balik malam
Malang, 2013
73
Waktu
Senja Lewat Kaca Jendela Selembar Daun Lepas Dari Ranting
Terdengar jerit
Melayang layang ditiup angin
Dan jatuh ke tanah basah
Adalah selembar daun
Selembar daun
Kudengar diriku mengaduh
Paringin. 2013
74
Kamar 104
: Merlin
Setelah itu kau padamkan lampu
Lalu membaringkan tubuh di tubuhku :
Akan kulahirkan anak puisi
Bawalah jauh ke dalam musafir mimpi
Lalu kita pun mendaki gunung Bromo malammalam
Di bawah gugusan bintang dan seraut bulan
Lalu membiarkan tubuh rebahan di puncak berumput hijau
Agar mengerti hakikat cinta sesungguhnya
Setelah itu di setiap
ujung daun di tubuh
Menetes embun kasih sayang
Sejuk di alir tarikan nafas dalam bersitatap
Kita pun metutup riwayat malam
Bening di cermin kaca jendela
Purwosari, 2013
75
Dalam Kamar Ini Kutulis Puisi
Sudah berapa kali kami sampaikan
Pada setiap hari guru
Tapi kalian menjawab tunggu
Dan kami selalu sabar
Kalian hibur dengan kata kata :
Pahlawan tanpa tanda jasa
Kalian buai dengan hymne guru
Dalam segudang program dan proyek
Tapi kalian melaksanakannya ecek ecek
Kalian siasati menyejahterakan guru
Memberi kami sampai golongan empat
Pangkat jenderal ternyata setara kopral
Kalian siasati dengan sertifikasi
Tapi diam diam kalian pangkas di sana sini
Setiap ganti menteri
Kami selalu kehilangan keseimbangan
Sebab silabus dijadikan kelinci percobaan
Pendidikan moral kalian sepelekan
Kami terperangkap pemerintahan otonomi
Karena kepentingan kalian
Kalian beri kami pemimpin bukan ahlinya
Tak beres etos kerjanya
Setiap kami ingin bertemu kalian
Birokrasi duri duri jalan
Sungguh kami mudah bertemu tuhan
Kalian tak pernah mengerti perjalanan pasti ada
perhentian
Pati, 15 Nov 2013
76
Ada Damai : Pati-Surabaya
Antara Pati-Surabaya
Bus meluncur dengan cepat
Penumpang penuh sesak sampai bergelantungan
Seorang ibu muda terjepit ketika bus menikung jalan
Anaknya dalam gendongan menjerit ketakutan
Sepanjang jalan anaknya menangis dan ibunya kepayahan
Entah apa aku berdiri dari kursi
Dan menarik ibu muda itu agar duduk di kursiku
Dan entah apa aku merasa suka bergelantung
Di kanan kiri jalan
Rumahrumah, pepohonan dan perkampungan
Serupa bayang bayang dilintas dengan cepat
Aku lalu baca puisi berpacu dengan kecepatan bus
Dalam kehidupan waktu yang berlari meninggalkan jejak
Langkah setiap saat dapat merubah nasib dalam garisan
takdir
Sebab hidup bukanlah sewaktu mati
Dan mati sewaktu hidup
Antara Pati-Surabaya
Antara gemuruh jalannya bus
Kudapatkan kedamain hidup dan kehidupan
Dalam tarikan nafas seorang bayi yang tertidur pulas
Dalam pangkuan ibunya
Pati-Surabaya, 2013
77
Kamar 015
Kamar ini begitu remang
Agar bulan masuk kusingkap gorden jendela
Namun percakapan ini belum selesai
Bulan sudah di balik awan
Dinding serupa bongkahan sunyi
Dan meleleh di ubin lantai
Melanjutkan percakapan ini
Kembali saling bersitatap
Music diskotek di ruang sana
Dan gaduh terminal bus
Mencari celah masuk kamar
Kamar seisi remang
Bersitatap raga dan jiwa
Musafir yang tiada letih
Menapak jalan kehidupan
Bungurasih,2013
78
Kamar 112 : Kali Brantas
Selepas bulan di awan
Aku terjun ke Kali Brantas
Serupa ikan lele berenang
Dan menyelam masuk ke rahimnya
Melunas kerinduan yang mengganjal di hati
Tak usaiusai dalam perjalanan batin
Tubuh yang jatuh bangun tubuh yang berdaki
Dunia cuma selalu entah
Selalu entah
Menjadikan detak waktu semakin peot
Semakin jauh yang bernama engkau
Lari ke warna merahnya
senja
Melebur diri :
Jiwa yang tak ubahnya balingbaling angin
Dalam hembusan nafas
Dalam alir darah
Bulan jatuh di kamar di pembaringan jiwa
Kali Brantas adalah seorang ibu yang santun
Melahirkan anak puisi
Anak musafir
Malang, 2013
79
Kamar
Pulang
Kehilangan keperempuanan di antara rindu dan dendam
Hidup yang membantai kehidupan dari ranjang ke ranjang
Dan senyum hanyalah pertaruhan nilai tubuh semata
Yang menyembunyikan perihnya airmata dari tetesan dosa
Hari selain sesal rindu membuncahkan tempat kelahiran
Perihnya jiwa adalah tubuh yang semakin meluka usia
Alir nafas kembali mencari jalan di jalan kota yang batu
Menuju hakikat diri yang terbuang jauh dari diri sendiri
Ingin perempuanku seperti perempuan yang lain
Kubuka jendela jiwa dan doa membasuh jalan arah
Di ubin lantai airmata sajadah membuka matahati
Pulang ke rahim diri dan akan kulahirkan kembali
Sidoarjo, 2013
80
Kamar 00
Apatah dicari mendulang malammalam
Jika impian hanyalah batu karaha dalam dulangan
Lubang tak dapat lagi diduga dalamnya galian
Apatah peluh dapat membasuh lusuhnya tubuh
Kota yang pernah dibangun dari tulang belulangmu
Tak perlu sejarah karena orang telah melupakan ingatannya
Sejauhjauh memandang monumen di pusat kota
Berhala penguasa yang pernah berkuasa
Aku tak pernah lagi membuka jendela malam malam
Kamar yang kau berikan banyak memberi arti kehidupan
Hakikat diri dari setiap lenggang dulangan
Kotaku kota yang cuma elok namanya
Banjarbaru,2013
81
Kamar
Meditasi
: ultah
Tak perlu menyentuh perkara lain
Kecuali merenung asalmuasal
Khatulistiwa di poros bumi berputar
Kejadian siang kejadian malam
Pun gelap pun terang
Tak perlu menyentuh bahasa dusta
Jika kebenaran dalam kejujuran
Hakikat sangkar adalah tubuh
Hakikat burung adalah ruh
Maka seleburleburnya aku pun lebur
Ke dalam tubuh ke dalam ruh
Dan pada saatnya kau buka pintunya
Maka aku pun terbang keasalmuasal
Banjarbaru,2013
82
Kamar Pusaka
Kur sumangat pusaka banjar
Direndam arus zaman
Aku kehilangan juriat
Kehilangan ruh tanahbanyu
Kucari urangbahari dalam diri
Kubangun kerajaan hatinurani
Aku bersultan pada akal pikiran
Adatbudaya mesti diluhurkan
Di kamar jiwa singgasana cinta
Kindai katahati anak banua
Banjarbaru,2013
Catatan :
Kur sumangat =
ucapan doa agar selamat
Kindai : Lumbung
Banua : negeri
tumpah darah
Tanahbanyu :
Banua Banjar
Urangbahari : nenek moyang
83
Kamar 353
Kalau sudah dalam garisan takdir
Nasib adalah sebab akibat
Di mana meletakkan akal pikiran
Di dalam hidup dan kehidupan
Berada di kota ini
Seperti membaca diri dalam ranah kehidupan
Ekplorasi dalam sebuah perjalanan
Kata syukur yang mesti diucapkan
Sebuah kota
Tanah melayu yang gigih mempertahankan adat istiadat
pusaka
Di hiruk pikuknya orangorang bergegas mengejar zaman
Tak Melayu Hilang di Bumi
Aku teringat Tengku Nasyaruddin Effendy
Merenungi rawi kapal Lancang Kuning
Merenungi seorang Zubaidah pengorbanan membela negri
Bukit Batu
Bukan semata mitos melayu tetapi merenungi nilai
filosofinya
Merenungi tragisnya akibat perbuatan paling keji
bernama fitnah
Merenungi garis takdir dalam sebuah terjadinya nasib
Kota ini serupa tanah Banjar sebuah negriku
Waktu pagi kubuka jendela :
Batang paikat balilit di kayu
Burung sarindit tarabang lapas
Adat istiadat tanah melayu
Pingkuti pisit jangan talapas
Pekanbaru, 2013
*** paikat = rotan
pingkuti
= pegangi
84
Guest House 05
Gunung Kelut diselimuti kabut dan awan
Diam seribu basa bagaikan arca raseksa
Namun di suatu saat di dalam tubuhnya
Lembu Suro dan Mahesa Suro kembali murka :
Erupsi
Pada bulan suro
Dewi Kilisuci menyembunyikan diri
Jauh ke gugusan mayapada dan gumpalan
asap pedupaan Larung Sesaji
Orangorang pada berkidung doadoa tolak bala
Condro Sengkolo
Orangorang pada menjadikannya objek wisata
Maka tidak lah baharu alam sekalian
Jika semua ini tidak ada terjadi atas
kejadian
Di dalam renung, kureningi
Fitnah, penghianatan, wanita, tahta dan harta
Adalah malapetaka :
Kehancuran
Kediri, 2013
85
Kamar 115
Entah apa kamar ini terasa nuansa mistis
Gunung Lawu di kaca jendela
Di lerengnya hutan rindang beraroma dupa
Dan membatin ini kah Alas Ketonggo
Menyusuri jejak
Alas yang mengandung misteri
Sampai pada Watu Gede
Jalan menuju alam lain
Entah apa aku ingin masuk ke dalamnya
Aku masuk ke dalam kalbu
Di mana alam zahir dan alam batin
Di mana alam nyata dan alam gaib
Berpadu dalam jati diri
Pagi begitu cerah
Di kaca jendela, mengalir Kali Tepuk
Adalah dua muara sungai
Terasa nyaman mengalir ke dalam kalbu
Ngawi, 2013
86
Di Balik Jendela Kereta Api
Antara Jakarta – Malang :
Aku tak mendengar lagi suara roda kereta api
Tapi suaramu yang gemuruh di sepanjang rel
Menghitamkan kaca jendela
Antara Jakarta – Malang :
Yang maha pelukis adalah Allah
Apa yang kau sombongkan hai pelukis ?
Yang maha penyair adalah Allah
Apa yang kau sombongkan hai penyair ?
Yang maha bertutur adalah Allah
Apa yang kau sombongkan hai sastrawan ?
Antara Jakarta – Malang :
Bersyukurlah kita dikaruniai nikmat
Dapat menyadur ciptaan Allah
Jkt-Mlg,2013
87
Negeri Tikus
Di negeri ini banyak sekali tikus
Orang yang tak tikus ikutan menjadi tikus
Ya iyalah
Emangnya kenapa tuan
Tuan itu serupa bergumam :
rumahtikus
kursitikus mobiltikus pesawattikus pasartikus tokotikus plazatikus jalantikus
listeriktikus pabriktikus
gedungtikus
kantortikus pejabattikus pemimpintikus partaitikus politiktikus caluntikus
pemilihantikus suaptikus amploptikus janjitikus bohongtikus omongkosongtikus
pelesertikus banktikus duittikus
sidangtikus
pengadilantikus hakimtikus jaksatikus advokasitikus polisitikus penjaratikus
programtikus proyektikus pajaktikus dagingtikus
Selamat datang tuan di negeri tikus
bersenangsenanglah tuan
ada hoteltikus villatikus pelacurtikus artistikus
ranjangtikus restorantikus wismatikus
komplektikus perumahantikus buat
isterisimpanantikus tuan
pendidikantikus tvtikus videotikus kotatikus kampungtikus rumahsakittikus
dakwahtikus kapitalistikus
Tuan itu tak habis menyebutnyebut tikustikus
Terakhir mampunya menyebut : virustikus
Ya ya tuan harus
ada : racuntikus
bbaru,2013
88
Kamar 305
Seorang gadis
Kehilangan mahkota
Kota Jakarta
Teringat Kali Ciliwung yang mengalir tenang dan jernih
Gadisgadis Betawi bersenda gurau mandi bersiraman ada
yang menimba air
ada yang mencuci pakaian
Dan aku serupa Jaka Tarub di balik rerumpun perdu menahan
nafas yang memburu
Angin semilir yang menembangkan lirisliris tentang
asal usul Sunda Kelapa
Yang melahirkan gadis perawan
Gadis perawan
Bunga di embun pagi
Mekar mengharum
Zaman terus berjalan mengubah segala bentuk peradaban
Dan aku tiada mengenal lagi nuansa asri kehidupan
Hanyalah aroma parfom dari gedung menjulang, rumah
arsitek lain
Jalan yang berlalu lalang gairah nafsu duniawi
Gairah nafsu
Duniawi semata
Ke mana langkah
Aku telah kehilangan dan letih di halaman istana dan
gedung parlemen
Orangorang tak ubahnya ular melata setiap denyut jantung metropolitan
Aku telah kehilangan sejarah dari kebenarankebenaran
Dalam gemuruh seribu rupa
Seribu rupa
Yang kehilangan aura
Kota Jakarta
Jakarta,2013
89
Kamar 000
Sebuah rumah bernuansakan dunia lain dari pada dunia yang
lain
Dibangun dengan kekayaan batin gairah cinta kehidupan
jiwa
Arsitek lokalitas mencerminkan peradaban manusia yang
beradab
Sebuah rumah sebagaimana dunia yang memiliki
keindraannya
Dunia persis dalam duniaku
Rumah sebagaimana seorang bayi yang bersih dan elok
Walau di luar sana berlalu lalang orangorang korupsi
Orangorang yang bergelumang dengan nafsu birahi duniawi
Di sudut kota yang tenang damai jauh dari segala sengketa
manusia
Menakjubkan sebuah rumah, Rumah Dunia
Jiwa yang melukis langit jiwa yang membusur bianglala
Jiwa yang berkisah tentang hidup dan kehidupan
Jiwa yang menuangkan atas nikmat dan rakmat tuhan
Dan sungguh tak habis kata di lembar ucap
Banyak orang yang melupakan kemurnian cinta melainkan
serakah
Malam itu Rumah Dunia bertabur bintang bulan sempurna
purnama
Di serambi cinta dua cangkir kopi melunas kerinduan
Gol A Gong, sapaku. Saling cerita tetang agungnya cinta
Damainya ikatan batin dalam sebuah Rumah Dunia
Serang, Banten,2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar