Sabtu, 27 Juli 2024

 

Edisi 2

 


 

Kamar Suatu Pagi

 

Bagaimana aku tidak kan duka

Di kaca jendela

Memandang mentari pagi

Diri yang alpa

 

Di atas ubin yang dingin

Aku bersujud

Aku fakismiskin

 

Laparku

Lapar rindu padamu

Hausku

Haus telaga kasihmu

 

Kulorongi dinding waktu

Setiap langkah

Menuju fitrah

 

Ya maha

Jangan kau kosongkan

Kamarmu

 

bbaru, 2012

 

 

 

 

31)

 

 

Di Kamar Saat Senja

 

Melintas di kaca jendela

Ambulans memuput lengking

Kamar bau cendana

 

Ambulans cermin diri

Manifes kehidupan

Hidup hakikatnya fana

 

Merenung kealpaan waktu

Usia kian merenta

Kemana jati diri

 

Ya Rahman Ya Razzaq

Jiwakan ragaku

Di spektrum nuriahmu

Agar dapat sujud di asmamu

 

Bbaru, 2012

 

 

 

32)

 

Di Kamar Saat Azan Subuh

 

Di antrian paling akhir

Entah tahun keberapa kau panggil aku

Tiada letih dalam doa :

 

Bila kau panggil aku

Jangan kau turunkan di airport lain

Turunkan di Airport King of Abdul Aziz

Biar bergegas menuju rumahmu :

 

Ka’bah Ka’bah

Jangan tinggalkan aku

Sebelum ajal atas namamu

 

 

Banjarbaru, 2012

 

 

 

 

33)

 

Pasar Terapung Dari Kaca Jendela Kamar 8

 

Membayangkan wajahmu masihkah nanti maambun pupur ?

Waktu subuh berdendang : tambangan balarut sayang mahaga nasib

Mencari sisa sungai dari seribu sungai

Hanya itu pun semakin dangkal dan sempit

Dermaga pada menggigil di banyu karuh

 

Membayangkan wajahmu menatap molmol plasaplasa  rukoruko

Semakin berdiri di tanah sawah di tanah ladang di tanah kalakai

Membayangkan wajahmu manakala ketuk pengayuh bernyanyi sunyi

Di rantawan gandang babunyi lamatlamatan bunyi sarunai

 

Membayangkan wajahmu menatap daundaun nipah digunting zaman

Menatap pohonpohon bakau ditoreh zaman

Menatap wajahmu sendiri di selasela ilungilung larut

Ratikratik sampahsampah dan tinja pabrik

 

Di dalam sisa lamut di dalam sisa syair di dalam sisa pantun di dalam sisa madihin

Kucari wajahmu berkayuh di sisa sungai

Pada kota yang elok bernama seribu sungai

Di antara hirukpikuk orangorang berupa asli urang banua

Di antara hirukpikuk orangorang berupa pangeran

Wajahmu ada di wajahku, kekasih

Taungut rindu manangis talihat kakamban nang jadi ingatan

 

Banjarmasin., 2012

 

 

Catatan :

maambun pupur = elok,cantik, bungas (bhs Banjar)

mahaga nasib = mencari rejeki

banyu karuh = air keruh       

tanah kalakai = tanah yang ditumbuhi tanaman kalakai, pucuknya dibikin sayur

Di rantawan gandang babunyi lamatlamatan bunyi sarunai ( lirik lagu Banjar “Palita”  karya Anang Ardiansyah ) = Di suatu tempat yang jauh dari penduduk terdengar bunyi gendang dan sayup-sayup bunyi serunai.

ilung =ecengkondok

lamut, syair, pantun,madihin =Sastra lisan Tanah Banjar (hampir punah)

urang banua = orang Banjar

Taungut rindu manangis talihat kakamban nang jadi ingatan

 ( lirik lagu Banjar “Kakamban Habang”  karya Anang Ardiansyah ) = Merenung rindu menangis terlihat kemban/kerudung/selendang yang jadi ingatan.

 

 

 

 

34)

 

Kamar Bambu

 

Hanyut di rerumpun bambu berzikir

dan tenggelam dalam tubuh fana

 

Balai balai waktu tempat merenung usia

Teramat fakir di alam semesta

 

Kamar adalah ruas ruas ayatmu

Adakah tempat berteduh tulang belulangku

 

Jangan ada jarak antara kerinduan

Sebab kesunyian teramat dalam

 

Tak lelah tengadah

Doa menuju muara berkah

 

kota batu, 2012

 

 

 

 

35)

 

Kamar Dalam Sketsa Laut 1

 

Rindu yang dalam

Senja gelora laut

Nun pelayaran

 

Dendang pelagu rindu

Melabuh cinta di kedalaman hati

Angin membawa kembara

Menyisir kaki langit

 

Menyisir merahnya lembayung

Membawa deburan jiwa

Perahu nelayan satu persatu berlabuh

Satu persatu rindu didendangkan

 

Gemuruh ombak, sebab akulah laut

Buih berdesir, sebab kaulah pantai

Laut dan pantai adalah satu jiwa

Dalam gelora cinta

 

Masih didendangkan

Keyakinan impian yang dilabuhkan

Di puncak ombak surya telah bersilam

Dan dermaga pun kian berkelam

 

Dermaga jiwa

Arung tatkala senja

Rindu yang dalam

 

Tanbu,2012

 

 

 

36)

 

Kamar Dalam Sketsa Laut 2

 

Rindu bertasbih

Arung lautan cinta

Di nian hari

 

Rindukukah yang mengombak di atas laut

Selepas menyisir pantai lalu senyap ?

Kelepak camar di atas tuts – tuts buih

Lalu menasbih hari-hariku yang luruh

 

Debar menebar kamar

Angin yang membawa khabar

Perahu merapat ke dermaga

Selepas arung dari laut cinta ?

 

Di laut cinta

Arung debaran rindu

Dermaga jiwa

 

Tanbu, 2012

 

 

 

37)

 

Kamar 103

 

Kaca jendela membangkitkan birahi

Menari di atas Danau Sipin

Pada sutra bulan

 

Di rahim Shang Ratu

Aku gundah

Saat tak sampai padanya

 

Di balik dinding kamar

Kusimpan duka damar

Agar jangan menetes perihnya

 

Danau Sipin

Kaukah yang menabuh gendang sunyi

Sehingga memabukkan rinduku ?

 

Jambi,2012

 

 

 

38)

 

Kamar 203

 

Nanang Suryadi, temanku

Dalam tidurnya, ia menulis puisi ultah

Untuk abah, katanya

 

Sedang Yusri Fajar, temanku itu

Dalam tidurnya, ia menembakkan kembang api

Untuk abah, katanya

 

Sepanjang kabel listrik burung burung layang

Serupa untai tasbih

Zikir untuk abah, kata mereka

 

Di tengah Sungai Batanghari

Di semilir angin, tembang slendro sloka damai

Buat sang kekasih, kata Dimas Arika Mihardja

 

Aku menatap langit langit kamar

Semoga tuhan memahami airmataku

Amin

 

 

Jambi, 2013

 

 

 

39)

 

Kamar 206

 

Aku tidak menjadikan kamar ini

Kamar kamar

Cuma satu jendela

Di jiwa

 

Aku mengeksplormu

Bintang bertabur di cakrawala

Kau berkata :

Siapa mampu menghitungnya

Aku berkata :

Cinta

 

Tetapi jika ajal tiba

Jauhkan cinta, kataku

Sebab kau milikku

Lebih dari cinta

 

Malang,2013

 

 

 

40)

 

Muraqabah Dalam Kamar 108

 

Alam tafakur

Malam menghantar hening

Kalbu berzikir

 

Pada malam malam yang hening

Kerinduan yang dalam senantiasa bermuraqabah

Ma’rifatullah penerang jalan menuju rumahmu

Panjatan doa harapan kasih sayang

 

Di Malam Hening

Balut tulang belulang

Dengan asmamu

 

Kurapal ayat hauqalah sebab aku yang fakir

Yang tak mampu menolong diri sendiri

Yang terperangkap dalam nista dunia

Kecuali pertolonganmu ya Allah

 

Malam yang fitrah

Tempat panjatan doa

Hamba yang fakir

 

Malang, 2013

 

 

 

41)

 

Di Kamar 204

 

 

Saat kusebut namamu

Bibirku bergetar

Sudah sedemikian lama alpa

Melusuhkan gorden jendela

 

Aku sudah tidak mau lagi terperangkap

Lalu membuka jendela

Sebab pada dinding kamar bias tingkapan perjalanan

Adalah fatamorgana dusta semata

 

Kusebut namamu berupa rangkaian doa

Di kaca jendela : Aminku sujud di kakimu

 

Malang, 2013

 

 

 

 

42)

 

Relief di Kamar 103

 

Pada akhirnya akan berlumut
Jika sejarah telah mati

Tak risau tangan gemetar

Meraup pasir katakata di ubin jejakkaki

Menempa tubuh batupuisi

 

Kupetik daun jendela lalu kuserbukkan

Pada linang usia

Kala kaca membayang  

Mentari terbenam ke perut bumi

 

Siapa gerangan

Yang menutup gorden jendela

Sehingga tubuhku di dinding kamar

Menjadi sumbu damar

 

Biarkan lampaudemilampau, katamu

Lumut  beranakpinak di nisan sejarah

Namun tubuhmu tak pernah mati

Pada dinding hati sang kekasih

 

Jakarta, 2013

 

 

 

 

43)

 

Kamar 214

 

Jangan ditutup jendela sebelum kaca jendela mengusai riwayatnya

Tubuhku yang hanyut di arus usia hanyut dalam gumpalan warna senja

Diperjalanan waktu tubuhku kaku tak mampu menyelamatkannya

 

Saat lembayung luruh di sepanjang lintas jalan melangkah

Saat aku tak mengenal lagi kau sesiapa ruh pada gelisah

Pada nafasku dalam samar caya di balik gorden jendela

 

Entah berapa sudah ubin kehidupan retak dan pecah

Pada tapakkaki menyimpan dukalara yang luput dari arah

Kamar mulai gelita si pendosa menatap kaku tubuhnya

 

Mampukah mulai bercinta lagi duh jiwa yang sunyi

Riwayat janganlah berusai kala rabun kaca bias gerimis senja

Jejaklangkah kembali menyusur hakikat cinta pada sosok tubuh fana

 

Pasuruan, 2013

 

 

44)

 

 

Di Kamar Ini Kucing Mengeong

 

Hanyalah kucing

Tidak ada kekuatan hukum untuk menghukum tidak ada hak mengadili walau punya keadilan tapi tak pernah surut semangat nyali anti tikus berdasi

Negri ini harus dicinta harus dibela ngeaw tubuhnya melenting matanya api menggeram mendesis kukunya mencakarcakar lantai. Aumnya jerit fakirmiskin yang lapar keluh anak bangsa  yang terasing di negri sendiri. Geramnya  kesumat ngeaw diterkamnya televisi itu dicakarnya digigitnya. Matanya liar mengendapendap mencari celah untuk menerobos ke dalam layar kaca. Di sidang pengadilan ini  tikustikus itu seperti berada di ruang diskotik di sini tidak ada lagi moral rasa malu dan dosa. Ngeaw.  Lengking panjang manakala sidang pengadilan itu diskor dan kapan  tuntasnya. Kucing itu masih di muka layar televisi semangat nyalinya anti korupsi tak pernah mati

 

Blitar,2013

 

 

 

45)

 

 

Dalam Kamar 144 : Membuka jiwa

 

Alam bersabda

Belajar dari gagak

Kasih dan cinta

 

Setiapkali membuka jendela  

Lidah senatiasa dusta

Menampar kaca jendela

 

Kupunguti usiaku luka luka

Di ubin jejak berserakporanda

Alir darah perih membuncah

 

Merintis jalan

Ke rumah masa depan

Lengsernya senja

 

Ranjang diri tiada lagi ranjang jiwa

Cinta kehilangan hakikatnya

Dalam keluhkesah gulita malam

 

Aku ingin pulang

Pada sujud pada kiblatku

Kembali lahir dari rahimmu

 

Membuka jiwa

Khusyu’ di dalam hening

Hakikat hayat

 

Malang, 2013

 

 

 

46)

 

Di kamar Suatu Malam Seribu Bulan

 

Angin serupa tangis berkhabar

Banyak memberhalakan kebohongan

Setiap geraklangkah kehidupan duniawi

Adakah kau dengar firmannya

 

Langit bertaburan kembang api

Arakarakan sepanjang jalan

Merebut anugerah kemuliaannya

Adakah kau baca tandatanda pada ayatnya

 

Menyingkap goden jendela becermin pada kaca

Iktikaf si pendosa adakah lagi airmata

Perihdukanya dalam sujud dan doa

Ubin lantai taqarrub sajadahkalbunya 

 

Tidak kah kau baca

Lailatul Qadar anugerah sesiapa saja

Yang memiliki kesempurnaan syahadat

Dalamnya iman dan taqwa

Firman mana yang kau dustakan

 

Bbaru, 2013

 

 

 

 47)

 

Dalam Kamar Meditasi Mencari Asal Usul

 

Siapa aku sesungguhnya

Sebegitu terlahir ke dunia ini

Sebab perjanjian tak tersurat pada takdir

Sewaktu masih segumpal darah

 

Pada cermin kaca jendela wajah resah

Pada tutup daun jendela jiwa gelisah

Hidup tanpa arti untuk apa hidup

Mati tanpa arti untuk apa mati

 

Diri begitu terasing pada diri

Dalam suram mata terpejam

Dalam pejam sedalam diam

O alangkah entahnya aku ini

 

Kucari di bayang bergoyang

Di dinding kamar yang membayang

Kusibak sapu ubin lantai tiada jejak

Kubaringkan tubuh di ranjang mimpi luruh

 

Di kamar mandi menyuci diri

Air airmata mataair lubuk sanubari

Tuhan aku kah anak Adam itu

Seperti dalam firmanfirmanmu

 

Bbaru,2013

 

 

48)

 

Aku Benci Kamar Ini

 

Kamar ini dinginnya sampai ke tulang sumsum

Tak ada perapian mencairkan batang tubuhku

Kemana tubuhmu kutunggu di ranjang waktu

 

Seekor burung masuk di kaca jendela

Tubuhnya berwarna senja

Sunyi mengepak ke ruangruang sepi

 

Kuluruhkan bulubulu tubuhmu

Kuluruhkan ke tubuhku dan kugosokgosok

Sampai memunceratkan aduhnya risau

 

Apakah nafasku telah mati

Iyyasyahhu iyyah iyyahhu syiii

Jangan kau tatap aku begitu kekasih

 

Banjarbaru, 2013

 

 

 

49)

 

 

Kamar Kama Sutra

 

Kekasih mengasih sayang kepayang

Ombakombak kasih pada membuih

Di pantai berlaut kasih sayang

 

Seekor capung hinggap di sepotong bulan

Di malam berbunga sedap malam

Aw kau kah yang mengintip di balik awan

 

Bintang berkata betapa agungnya cinta

Di dinding kamar kutulis sebuah nama

Dari ranjang kenangan risalah cinta

 

Barabai, 2013

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  Antologi Puisi Arsyad Indradi KAMAR Desain Cover : Alvin Shul Vatrick   Penerbit : Kelompok Studi Sastra Banjarbaru Kalimantan S...