Edisi 2
Kamar
Suatu Pagi
Bagaimana aku tidak kan duka
Di kaca jendela
Memandang mentari pagi
Diri yang alpa
Di atas ubin yang dingin
Aku bersujud
Aku fakismiskin
Laparku
Lapar rindu padamu
Hausku
Haus telaga kasihmu
Kulorongi dinding waktu
Setiap langkah
Menuju fitrah
Ya maha
Jangan kau kosongkan
Kamarmu
bbaru, 2012
31)
Di Kamar Saat Senja
Melintas
di kaca jendela
Ambulans
memuput lengking
Kamar bau
cendana
Ambulans
cermin diri
Manifes
kehidupan
Hidup
hakikatnya fana
Merenung
kealpaan waktu
Usia kian
merenta
Kemana
jati diri
Ya Rahman Ya Razzaq
Jiwakan ragaku
Di
spektrum nuriahmu
Agar dapat sujud di asmamu
Bbaru,
2012
32)
Di Kamar Saat Azan Subuh
Di antrian
paling akhir
Entah
tahun keberapa kau panggil aku
Tiada
letih dalam doa :
Bila kau
panggil aku
Jangan kau
turunkan di airport lain
Turunkan di
Airport King of Abdul Aziz
Biar bergegas
menuju rumahmu :
Ka’bah Ka’bah
Jangan
tinggalkan aku
Sebelum
ajal atas namamu
Banjarbaru, 2012
33)
Pasar
Terapung Dari Kaca Jendela Kamar 8
Membayangkan wajahmu masihkah nanti maambun pupur ?
Waktu subuh berdendang : tambangan balarut sayang mahaga
nasib
Mencari sisa sungai dari seribu sungai
Hanya itu pun semakin dangkal dan sempit
Dermaga pada menggigil di banyu karuh
Membayangkan wajahmu menatap molmol plasaplasa rukoruko
Semakin berdiri di tanah sawah di tanah ladang di tanah
kalakai
Membayangkan wajahmu manakala ketuk pengayuh bernyanyi
sunyi
Di rantawan gandang babunyi lamatlamatan bunyi sarunai
Membayangkan wajahmu menatap daundaun nipah digunting
zaman
Menatap pohonpohon bakau ditoreh zaman
Menatap wajahmu sendiri di selasela ilungilung larut
Ratikratik sampahsampah dan tinja pabrik
Di dalam sisa lamut di dalam sisa syair di dalam sisa
pantun di dalam sisa madihin
Kucari wajahmu berkayuh di sisa sungai
Pada kota yang elok bernama seribu sungai
Di antara hirukpikuk orangorang berupa asli urang banua
Di antara hirukpikuk orangorang berupa pangeran
Wajahmu ada di wajahku, kekasih
Taungut rindu manangis talihat kakamban nang jadi ingatan
Banjarmasin., 2012
Catatan :
maambun pupur = elok,cantik, bungas (bhs Banjar)
mahaga nasib = mencari rejeki
banyu karuh = air
keruh
tanah kalakai = tanah yang ditumbuhi tanaman kalakai,
pucuknya dibikin sayur
Di rantawan gandang babunyi lamatlamatan bunyi sarunai (
lirik lagu Banjar “Palita” karya Anang
Ardiansyah ) = Di suatu tempat yang jauh dari penduduk terdengar bunyi gendang
dan sayup-sayup bunyi serunai.
ilung =ecengkondok
lamut, syair, pantun,madihin =Sastra lisan Tanah Banjar
(hampir punah)
urang banua = orang Banjar
Taungut rindu manangis talihat kakamban nang jadi ingatan
( lirik lagu
Banjar “Kakamban Habang” karya Anang
Ardiansyah ) = Merenung rindu menangis terlihat kemban/kerudung/selendang yang
jadi ingatan.
34)
Kamar
Bambu
Hanyut di rerumpun bambu berzikir
dan tenggelam dalam tubuh fana
Balai balai waktu tempat merenung usia
Teramat fakir di alam semesta
Kamar adalah ruas ruas ayatmu
Adakah tempat berteduh tulang belulangku
Jangan ada jarak antara kerinduan
Sebab kesunyian teramat dalam
Tak lelah tengadah
Doa menuju muara berkah
kota batu, 2012
35)
Kamar
Dalam Sketsa Laut 1
Rindu yang dalam
Senja gelora laut
Nun pelayaran
Dendang pelagu rindu
Melabuh cinta di kedalaman hati
Angin membawa kembara
Menyisir kaki langit
Menyisir merahnya lembayung
Membawa deburan jiwa
Perahu nelayan satu persatu berlabuh
Satu persatu rindu didendangkan
Gemuruh ombak, sebab akulah laut
Buih berdesir, sebab kaulah pantai
Laut dan pantai adalah satu jiwa
Dalam gelora cinta
Masih didendangkan
Keyakinan impian yang dilabuhkan
Di puncak ombak surya telah bersilam
Dan dermaga pun kian berkelam
Dermaga jiwa
Arung tatkala senja
Rindu yang dalam
Tanbu,2012
36)
Kamar
Dalam Sketsa Laut 2
Rindu bertasbih
Arung lautan cinta
Di nian hari
Rindukukah yang mengombak di atas laut
Selepas menyisir pantai lalu senyap ?
Kelepak camar di atas tuts – tuts buih
Lalu menasbih hari-hariku yang luruh
Debar menebar kamar
Angin yang membawa khabar
Perahu merapat ke dermaga
Selepas arung dari laut cinta ?
Di laut cinta
Arung debaran rindu
Dermaga jiwa
Tanbu, 2012
37)
Kamar 103
Kaca jendela membangkitkan birahi
Menari di atas Danau Sipin
Pada sutra bulan
Di rahim Shang Ratu
Aku gundah
Saat tak sampai padanya
Di balik dinding kamar
Kusimpan duka damar
Agar jangan menetes perihnya
Danau Sipin
Kaukah yang menabuh gendang sunyi
Sehingga memabukkan rinduku ?
Jambi,2012
38)
Kamar 203
Nanang Suryadi, temanku
Dalam tidurnya, ia menulis puisi ultah
Untuk abah, katanya
Sedang Yusri Fajar, temanku itu
Dalam tidurnya, ia menembakkan kembang api
Untuk abah, katanya
Sepanjang kabel listrik burung burung layang
Serupa untai tasbih
Zikir untuk abah, kata mereka
Di tengah Sungai Batanghari
Di semilir angin, tembang slendro sloka damai
Buat sang kekasih, kata Dimas Arika Mihardja
Aku menatap langit langit kamar
Semoga tuhan memahami airmataku
Amin
Jambi, 2013
39)
Kamar 206
Aku tidak menjadikan kamar ini
Kamar kamar
Cuma satu jendela
Di jiwa
Aku mengeksplormu
Bintang bertabur di cakrawala
Kau berkata :
Siapa mampu menghitungnya
Aku berkata :
Cinta
Tetapi jika ajal tiba
Jauhkan cinta, kataku
Sebab kau milikku
Lebih dari cinta
Malang,2013
40)
Muraqabah
Dalam Kamar 108
Alam tafakur
Malam menghantar hening
Kalbu berzikir
Pada malam malam yang hening
Kerinduan yang dalam senantiasa bermuraqabah
Ma’rifatullah penerang jalan menuju rumahmu
Panjatan doa harapan kasih sayang
Di Malam Hening
Balut tulang belulang
Dengan asmamu
Kurapal ayat hauqalah sebab aku yang fakir
Yang tak mampu menolong diri sendiri
Yang terperangkap dalam nista dunia
Kecuali pertolonganmu ya Allah
Malam yang fitrah
Tempat panjatan doa
Hamba yang fakir
Malang, 2013
41)
Di Kamar
204
Saat kusebut namamu
Bibirku bergetar
Sudah sedemikian lama alpa
Melusuhkan gorden jendela
Aku sudah tidak mau lagi terperangkap
Lalu membuka jendela
Sebab pada dinding kamar bias tingkapan
perjalanan
Adalah fatamorgana dusta semata
Kusebut namamu berupa rangkaian doa
Di kaca jendela : Aminku sujud di kakimu
Malang, 2013
42)
Relief di Kamar
103
Pada akhirnya
akan berlumut
Jika sejarah telah mati
Tak risau tangan gemetar
Meraup pasir katakata di ubin jejakkaki
Menempa tubuh batupuisi
Kupetik daun jendela lalu kuserbukkan
Pada linang usia
Kala kaca membayang
Mentari terbenam ke perut bumi
Siapa gerangan
Yang menutup gorden jendela
Sehingga tubuhku di dinding kamar
Menjadi sumbu damar
Biarkan lampaudemilampau, katamu
Lumut beranakpinak
di nisan sejarah
Namun tubuhmu tak pernah mati
Pada dinding hati sang kekasih
Jakarta, 2013
43)
Kamar 214
Jangan ditutup jendela sebelum kaca jendela mengusai
riwayatnya
Tubuhku yang hanyut di arus usia hanyut dalam gumpalan
warna senja
Diperjalanan waktu tubuhku kaku tak mampu
menyelamatkannya
Saat lembayung luruh di sepanjang lintas jalan melangkah
Saat aku tak mengenal lagi kau sesiapa ruh pada gelisah
Pada nafasku dalam samar caya di balik gorden jendela
Entah berapa sudah ubin kehidupan retak dan pecah
Pada tapakkaki menyimpan dukalara yang luput dari arah
Kamar mulai gelita si pendosa menatap kaku tubuhnya
Mampukah mulai bercinta lagi duh jiwa yang sunyi
Riwayat janganlah berusai kala rabun kaca bias gerimis
senja
Jejaklangkah kembali menyusur hakikat cinta pada sosok
tubuh fana
Pasuruan, 2013
44)
Di Kamar
Ini Kucing Mengeong
Hanyalah kucing
Tidak ada kekuatan hukum untuk menghukum tidak ada hak
mengadili walau punya keadilan tapi tak pernah surut semangat nyali anti tikus
berdasi
Negri ini harus dicinta harus dibela ngeaw tubuhnya
melenting matanya api menggeram mendesis kukunya mencakarcakar lantai. Aumnya
jerit fakirmiskin yang lapar keluh anak bangsa
yang terasing di negri sendiri. Geramnya kesumat ngeaw diterkamnya televisi itu
dicakarnya digigitnya. Matanya liar mengendapendap mencari celah untuk
menerobos ke dalam layar kaca. Di sidang pengadilan ini tikustikus itu seperti berada di ruang
diskotik di sini tidak ada lagi moral rasa malu dan dosa. Ngeaw. Lengking panjang manakala sidang pengadilan
itu diskor dan kapan tuntasnya. Kucing
itu masih di muka layar televisi semangat nyalinya anti korupsi tak pernah mati
Blitar,2013
45)
Dalam Kamar
144 : Membuka jiwa
Alam bersabda
Belajar dari gagak
Kasih dan cinta
Setiapkali membuka jendela
Lidah senatiasa dusta
Menampar kaca jendela
Kupunguti usiaku luka luka
Di ubin jejak berserakporanda
Alir darah perih membuncah
Merintis jalan
Ke rumah masa depan
Lengsernya senja
Ranjang diri tiada lagi ranjang jiwa
Cinta kehilangan hakikatnya
Dalam keluhkesah gulita malam
Aku ingin pulang
Pada sujud pada kiblatku
Kembali lahir dari rahimmu
Membuka jiwa
Khusyu’ di dalam hening
Hakikat hayat
Malang, 2013
46)
Di kamar
Suatu Malam Seribu Bulan
Angin serupa tangis berkhabar
Banyak memberhalakan kebohongan
Setiap geraklangkah kehidupan duniawi
Adakah kau dengar firmannya
Langit bertaburan kembang api
Arakarakan sepanjang jalan
Merebut anugerah kemuliaannya
Adakah kau baca tandatanda pada ayatnya
Menyingkap goden jendela becermin pada kaca
Iktikaf si pendosa adakah lagi airmata
Perihdukanya dalam sujud dan doa
Ubin lantai taqarrub sajadahkalbunya
Tidak kah kau baca
Lailatul Qadar anugerah sesiapa saja
Yang memiliki kesempurnaan syahadat
Dalamnya iman dan taqwa
Firman mana yang kau dustakan
Bbaru, 2013
47)
Dalam
Kamar Meditasi Mencari Asal Usul
Siapa aku sesungguhnya
Sebegitu terlahir ke dunia ini
Sebab perjanjian tak tersurat pada takdir
Sewaktu masih segumpal darah
Pada cermin kaca jendela wajah resah
Pada tutup daun jendela jiwa gelisah
Hidup tanpa arti untuk apa hidup
Mati tanpa arti untuk apa mati
Diri begitu terasing pada diri
Dalam suram mata terpejam
Dalam pejam sedalam diam
O alangkah entahnya aku ini
Kucari di bayang bergoyang
Di dinding kamar yang membayang
Kusibak sapu ubin lantai tiada jejak
Kubaringkan tubuh di ranjang mimpi luruh
Di kamar mandi menyuci diri
Air airmata mataair lubuk sanubari
Tuhan aku kah anak Adam itu
Seperti dalam firmanfirmanmu
Bbaru,2013
48)
Aku Benci
Kamar Ini
Kamar ini dinginnya sampai ke tulang sumsum
Tak ada perapian mencairkan batang tubuhku
Kemana tubuhmu kutunggu di ranjang waktu
Seekor burung masuk di kaca jendela
Tubuhnya berwarna senja
Sunyi mengepak ke ruangruang sepi
Kuluruhkan bulubulu tubuhmu
Kuluruhkan ke tubuhku dan kugosokgosok
Sampai memunceratkan aduhnya risau
Apakah nafasku telah mati
Iyyasyahhu iyyah iyyahhu syiii
Jangan kau tatap aku begitu kekasih
Banjarbaru, 2013
49)
Kamar Kama
Sutra
Kekasih mengasih sayang kepayang
Ombakombak kasih pada membuih
Di pantai berlaut kasih sayang
Seekor
capung hinggap di sepotong bulan
Di
malam berbunga sedap malam
Aw
kau kah yang mengintip di balik awan
Bintang berkata betapa agungnya cinta
Di dinding kamar kutulis sebuah nama
Dari ranjang kenangan risalah cinta
Barabai, 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar