Sabtu, 27 Juli 2024

 

 

Edisi 6


Madura : Ombak Laut Jiwa

 

Di bibir pantai Lombang seluasluas mata memandang

Ombak yang mengalun dalam desiran angin lalu mencium pantai

Hati siapa yang tidak kan tersentuh manakala kelepak camar di pucuk cemara udang

sesayup terdengar : Ngapotè wak lajârâh è tangalè,

Rèng majâng tantona lah padâ mole

 

Di kulminasi ombak yang biru bekejaran putih membuih

Merajah  garam kehidupan di pantai jiwa lalu berkisah

tentang orangorang  penakluk laut dari zamankezaman

Paddhuwang perahu yang  abental ombek asapok angèn salanjânggah

 

Zaman terus berjalan dan berganti rupa beribu rupa

Tetapi ombak laut selalu menyatu jiwa dengan pantainya

Mendendebur gemuruhkan petuah pusaka :

Berbantal syahadat berselimut iman

 

Madura, 2014

 

Catatan :

: Ngapotè wak lajârâh è tangalè, = Layar putih mulai kelihatan

  Rèng majâng tantona lah padâ mole = Nelayan tentulah sudah pada pulang

  abental ombek asapok angèn salanjânggah = Berbantal ombak

  berselimut angin sepanjang malam

 

101

 

Songènèb :  Buih Buih Kehidupan

 

Seusai ombak mendebur  pantai tampak dalam ingatan perahu karoman

penjelajah  laut. Perahu perkasa penakluk laut  : Hopla !

Layar terkembang berkisah tentang orangorang yang berbantal ombak berselimut angin

Legendaris yang  dicatet dalam sejarah pulau garam

 

Saat menyusuri sepanjang pantai sampai jauh kesemenanjung

Membaca aksara rajah buih ombak yang menghampar lemak manis garam kehidupan

Desir angin padang luas mengepul sorak sorai : E eeee sape menggir duli menggir

Kerraban sape saban taon latanto rame, turur seorang lelaki berkumis melintang

Tradisi budaya yang masih lestari

 

Di sebuah taman  pusat kota, saat matahari di pucuk Albizia

Aku menemukan rujak yang tak pernah kurasakan dari rujak yang lain

Lebih lengkap nikmatnya bila dikasih lontong, kata seorang gadis santri

Hening mengembang tatkala alunan azan menyejukkan kalbu

Sumenep, 2014

 

102

Suramadu : Jembatan Jiwa

 

Jembatan pada hakikatnya

penaut jiwa yang satu ke jiwa yang lainnya

yang melahirkan perdamaian dalam gerak kehidupan

Tetapi adakah orang yang mengerti

Tentang hakikat jembatan itu

 

Tak ada sengketa antara manusia

jika dalam dirinya terbangun jembatan perdamain

Alangkah eloknya jembatan

damai isi bumi damai di isi hati

 

Tafakur di malam  purnama

Lampu yang kemilau di jemabatan Suramadu

membaca maha benar  segala firmannya

Surabaya, 2014

 

103

Di Tugu Itik

 

Aku pangeran kerajaan hatinurani

Yang lahir dari rahim kindai katakata

Pulungan anak banua

Empat puluh anak babangsa di kanan

Empat puluh anak babangsa di kiri

Dari kerajaan puisi

 

Aku pangeran tutus pusaka yang punah

Bersemayam di gunung jiwa bersemayam  di lembah hati

Gerincing jerit  di sunyi

Hutan ranggas rimba mati  gunung runruh guntung mati

Sungai yang kering banjir airmata

Di sana sini kerajaan pendusta dan pendosa

 

Di lubuk badangsanak aku mandi di sumur darah aku bertapa

Kutulis puisi rajaraja pencuri mahkota 

Kutulis puisi anak banua kehilangan ruh tanahbanyunya

Aku pangeran kerajaan hatinurani

Yang lahir dari rahim kindai katakata

Danau mati hadangan kalang sunyi

Danau mati itikitik sunyi

Kutulis puisi

Kemabalikan Candi Agung keasalusulnya

 

Amuntai, 2014

 

104

Rindu Danau

Danau mongering

Lenguhan kerbau kalang

Tempat berkubang

 

Semakin menyayup lenguh kerbau kalang kehilangan danaunya

Puluhan tahun tempat berhabitat turun temurun

Ada kehidupan lain yang memaksa hidup di sini

Menjadikan kerbau kalang terasing dari negri sendiri

Amuntai hanya menatap perih lukanya

Amuntai,2014

 

105

Kamar 027

 

Kau kah dalam bayang pohon kehidupan

Mengejar bulan di tengah serbuk bintang

Serupa kepak lelawa melintas cahya

Mengetuk ngetuk jiwa

 

Ketika mata menetes linangan impian

Angin menderai hari hari masa silam

Lalu kau pungut selembar hari yang luruh itu

Yang melayang dan jatuh di ubin lantai

 

Lalu kau tulis di selembar hari

Risalah rindu dendam kehidupan

Lalu kau tebarkan ke angin malam

Sebelum bulan tinggal seiris

 

Kau tebarkan ke angin malam

Melayang bersama segenap impian

Dan jatuh ke ruang jiwa

Risalah kehidupan kita

 

Sidoarjo, 2014

 

 

106

 

Kamar 223 : Masihkah

 

Pagi yang berangin sepoi kubuka jendela

Tabebuya aurea bermekaran sepanjang jalan Embong Malang

Sakura bisikku tatkala harum kelopak mekar lengket di kaca jendela

Lengket di bangku musim hanami Osaka Mint Bureau

Masihkah kau di sana

 

Masihkah perahu kita melancar di tengah Sungai Okawa

Dan kecipak sayap sepasang angsa  bermain ombak

Ketika sekuntum sakura  luruh di pangkuanmu

Lalu kusunting  di rambutmu

Masihkah kau di sana

 

Menatap sepanjang jalan Embong Malang

Menatap seraut wajah dalam bayang

Luruh ke ubin lantai kenang

 

Surabaya,2014

 

107

Saat Terjebak Lahir Sepasang Pengantin

Sepanjang jalan macet barisan mobil empat jam terjebak

Tak ubahnya kura kura mencari celah untuk merangkak

Jam yang berdetak menggelisahkan arah tujuan

Dan tak bisa lagi menghitung perkiraan

 

Kubaca sajak membujuk hati yang menggelucak

Kubaca sajak yang paling romantis

Dekat jendela kaca kakek dan nenek yang duduk

Bersulang senyum  dan wajah gairah pengantin remaja

 

Bus yang lepas dari pasungan berlari bagai kilat

Seperti berpacu dengan matahari yang akan lengser

Di perapatan jalan bus berhenti sepasang pengantin itu turun

Mengangguk dan mekar senyuman padaku

Tegal-Indramayu,2014

 

108

Indramayu : Seekor Kijang Melompat

Dari Lohbener  masuk ke jantung kota

Pada sebuah jendela yang terbuka

Kamar beraroma dupa setanggi

Seekor kijang melompat ke atas menara :

 

Nyi Endang Darma Ayu selesai mandi di embun pagi

Tubuh yang elok paras rembulan malam

Gending kelana kencana wungu mengalun

Melayang selendang pelangi di tubuhnya

Seorang pahlawan wanita yang patut dalam sejarah

 

Jika memilih yang mana lebih cantik antara ke dua jelita

Nyi Endang Darma Ayu dan Putri Junjung Buih

Mesti semadi empat puluh hari empat puluh malam

di rakit gadang bertiang tebu merah beratap kain kuning

di semburan laut tanjung puting

atau di makam Syeh Sarief Hidayatullah di mana deburan laut utara

 

Di Masjid Dermayu tatkala azan di langit biru

Menghampar sajadah mencuci segala letih hiruk pikuk kehidupan

Mencuci nafsu yang memberhalakan duniawi

 

Indramayu

Seekor kijang melompat ke menara jiwamu

Melompat ke dalam sukmaku

Indramayu,2014

 

109

Kamar 018

 

Parfum discotek di sebrang jalan

Lampu kamar jadi merah

Dingin angin malam

Menggigil sekujur ranjang

 

Lampu semakin merah

Dinding kamar berupa bayang

Pergumulan wajah sendiri 

Jatuh di ubin lantai

 

Jatuh di perut malam

Di terminal bus masih datang dan pergi

Aku bergegas mencari secangkir kopi

Mengusir aroma mimpi

 

Bungurasih,2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  Antologi Puisi Arsyad Indradi KAMAR Desain Cover : Alvin Shul Vatrick   Penerbit : Kelompok Studi Sastra Banjarbaru Kalimantan S...